
DONGGALA – Dibalik meriahnya Donggala Half Maraton, ternyata terdapat banyak keluh kesah dari para peserta saat mengikuti kegiatan yang dipusatkan di Anjungan Goneanggati, Sabtu (28/9) kemarin itu. Mencuatnya sejumlah persoalan diawali dengan keluh kesah peserta yang menilai kegiatan tak sesuai standar lomba marathon.
Pagi itu waktu sudah menunjukan pukul 08.35. Semua peserta Half marathon sudah memasuki garis finis. Panitia telah mencatat nama-nama pemanang dari masing-masing kategori. Suasana di garis finis dan star itu masih ramai oleh peserta. Tiba-tiba terdengar suara seorang pria berteriak menggunakan megaphone mempertanyakan medali yang menjadi hak mereka.
“Mana medali kami,” teriak pria yang diketahui bernama Arman tersebut.
Awak media ini kemudian menanyakan langsung kepada Arman terkait keluh kesahnya. Menurut Arman, di saat memasuki garis finis, seharusnya peserta langsung diberikan medali oleh panitia. Namun kata Arman, di dalam even donggala half marathon hal itu tidak dilakukan. “Mereka bilang medali sedang mereka siapkan. Harusnya dalam even marathon itu, di saat peserta memasuki garis finis, maka langsung diberikan medali. Kita lagi cari Even Organizernya (EO). Kita berikan mereka waktu 10 menit,” ungkapnya.
Setelah 10 menit tak kunjung mendapat medali. Para peserta yang didominasi berasal dari Kota Palu itu kembali menyerukan sikapnya kepada panitia. Bahkan beberapa peserta berteriak meminta uang mereka dikembalikan. “Mana medali kami. Kembalikan saja uang kami,” teriak sejumlah peserta dengan nada menyanyi.
Berselang beberapa menit, medali yang ditunggu-tunggu peserta akhirnya tiba di lokasi. Sayangnya proses pembagian medali ini juga sangat tidak teratur. Para peserta saling berdesak-desakan mengambil medali. Kejadian ini ternyata beredar melalui jejaring media sosial. Bahkan kabarnya, hadiah para pemenang belum di cairkan hingga Minggu (29/9) kemarin.

Terkait hadiah para juara yang belum dicairkan, pihak EO Quantum, Sonya Margareta, membenarkannya. Alasannya menurut Sonya, karena bertepatan masih hari libur. “Hadiahnya itu besok mas. Karena ini weekend. Soal uang yang di bank itu harus bendahara saya yang ambil. Baru kemudian di transfer satu persatu ke pemenang,” katanya via telepon.
Sonya juga menjelaskan terkait keterlambatan medali untuk peserta. Sonya mengaku pihaknya lalai dalam hal pemberian medali. Namun menurut Sonya, kelalaian itu terbilang manusiawi. “Kalau soal medali kami minta maaf. Itu kelalain, manusiawi. Apapun itu bisa saja terjadi, termasuk keterlambatan,” katanya.
Sonya menambahkan, pihaknya akan melakukan konfrensi pers untuk memberikan klarifikasi terkait kejadian-kejadian tersebut. Menurut Sonya termasuk soal rundown kegiatan terkait jam untuk star marathon tersebut. “Kami akan bicara banyak tentang itu. Termasuk soal rundown kegiatan yang harusnya di mulai pada pukul 05.00 tapi menjadi 07.30,” tambahnya.

Sementara itu ketua panitia, Akris Fattah, menegaskan, pihak Quantum menjadi penanggungjawab utama penyelenggaraan half marathon tersebut. Terkait adanya protes dari peserta soal medali dan hadiah, menurut Akris hal itu menjadi tanggungjawab penuh Quantum sebagai pelaksana. Akris menegaskan, persoalan medali lambat maupun hadiah itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Pemkab Donggala. Pasalnya dalam hal ini menurut Akris, Pemkab Donggala hanya mendapingi dan menfasilitasi tempat, alat-alat dan pengamanan oleh Satpol PP hingga petugas Dinas Perhubungan. “Dalam even marathon ini dari awal sudah di desain, urusan medali hingga hadian itu tanggungjawab Quantum. Kami ini Cuma mendapingi dan menfasilitasi tempat,” jelasnya.
Akris mengungkapkan, awal mula ributnya persoalan marathon itu diakibatkan oleh keterlambatan medali untuk peserta. Akris membenarkan, konsep lari marathon adalah ketika peserta sudah memasuki garis finish maka harus langsung dikalungi medali. Sementara yang terjadi pada even marathon tersebut kata Akris hal itu tidak dilakukan. Justeru peserta harus menunggu sampai 2 jam untuk mendapatkan medali. “Sudah betul memang dibilang peserta. Kalau sudah sampai di garis finish itu memang harus dikalungi medali. Wajar saja peserta marah. Mereka menunggu sampai 2 jam,” katanya.
Lebih jauh Akris mengatakan, setelah persoalan medali menuai protes, muncul persoalan baru yaitu hadiah untuk para pemenang. Dari dua poin kejadian itu, Akris menilai, Quantum sudah tidak professional dalam melaksanakan half marathon. “Akhirnya Pemda terbawa-bawa. Padahal pelaksana marathon ini adalah Quantum. Pemkab Donggala itu hanya memfasilitasi,” katanya.
Meski terjadi seperti itu, menurut Akris, Pemkab juga tidak tinggal diam. Pihaknya kata Akris, membantu mendampingi para atlet pemenang lomba marathon tersebut dalam hal pencairan hadiah. Menurut Akris, EO Quantum, Sonya, mengatakan bahwa dana untuk pemenang sudah ada di bank BNI. Setelah di cek kata Akris, dana itu ada di dalam rekening atas nama pribadi bukan nama Quantum. “Setelah sampai di bank, uang itu tidak bisa di cairkan karena atas nama pribadi yang menurut Sonya itu milik bendahara Quantum. Jadi Cuma bikin capek saja ini Sonya. Dia tidak kasih tahu memang kalau itu atas nama pribadi dan tidak bisa di cairkan,” keluh Akris.
Akhirnya lanjut Akris, para atlet pemenang di arahkan ke wisma Donggala sembari menunggu pencairan yang menurutt pihak Quantum akan diselesaikan pada Senin (30/9). Namun Minggu pagi, menurut Akris, atlet pemenang yang berasal dari luar daerah telah kembali ke daerahnya masing-masing setelah berdiskusi dengan pihak Quantum. “Saya berkali-kali tanya itu atlet, sudah aman atau belum. Mereka bilang sudah aman. Mungkin sudah ada kesepakatan dengan Quantum terkait hadiah pemenang itu, makanya mereka pulang sudah,” terangnya. (ang)