
DONGGALA – Pernyataan seorang pakar pemilu sekaligus dosen, Untad, Dr Aminuddin Kasim memicu reaksi dari sejumlah wartawan di Donggala. Ucapan Dr Kasim terkesan merendahkan dan melecehkan profesi wartawan dan media.
Hal ini bermula saat Dr Kasim di wawancarai oleh empat orang wartawan pada kegiatan Bawaslu Donggala di Oasis, Rabu (9/10) kemarin. Pria berkacamata ini ditanya terkait sosialisasi refleksi penegakan hukum pemilu tahun 2019 serta proyeksi Pilkada serentak tahun 2020. Merasa tertekan dengan pertanyaan wartawan yang berulang-ulang, Dr Kasim mengungkapkan alasannya mengapa tak mau di wawancara oleh wartawan. Kasim menilai, kepakarannya rusak akibat wartawan.
“Mengapa saya tidak mau diwawancara wartawan, rusak kepakaranku muncul di koran. Makanya nda mau saya. Itu (media) mercusuar, radar semua. Nanti saya konsepkan saya kirim. karena pernah berkali-kali, rusak kepakaranku. Bayangkan kalau doktor ilmuku ahli pemilu, muncul namaku. Beberapa wartawan Dia rusak kepakaran saya gara-gara tidak mengerti,” ungkapnya di hadapan awak media dan sejumlah peserta sosialisasi.
Hal ini memicu reaksi dari awak media lain yang berada di tempat kegiatan. Secara beramai-ramai, para awak media melakukan konfirmasi ulang terkait ucapan Aminuddin Kasim yang dinilai merendahkan dan melecehkan wartawan itu.
Saat ditanya terkait maksud ucapannya yang mengatakan wartawan merusak kepakaran, Kasim menyebutkan, kepakarannya pernah dirusak oleh seorang wartawan Radar Sulteng bernama Yardin yang saat ini menjabat sebagai Pimpinan Redaksi harian Palu Expres. “Iya pernah, Yardin. Iya yardin. Pemilu yang lalu,” katanya.
Kasim berkelit jika pada wawancara sebelumnya, dirinya menyebutkan yang dimaksud wartawan adalah “oknum” bukan wartawan secara keseluruhan. Padahal di dalam rekaman, Kasim tidak menyebutkan oknum. Justeru Kasim malah menyebutkan dua nama media harian.
Kasim mempersilahkan awak media untuk menulis ucapannya tersebut. Karena menurut Kasim, hal itu akan membuat rating dirinya menjadi naik. “Itu membuat saya viral. Nda apa-apa. Itu akan naik saya punya rating di bicarakan orang,” sambil tertawa.
Sementara itu akedemisi Untad Dr Rasyid Thalib yang dimintai tanggapannya terkait hal tersebut, menyesalkan ucapan sahabat akademisinya itu. Menurutnya akdemisi tak sepantasnya melecehkan profesi wartawan. “Mestinya akedemisi tidak boleh melecehkan profesi wartawan,” katanya. (ang)